Pemkab Biak Temukan Sapi Terserang Brucellosis
Pemerintah Kabupaten Biak Numfor, Papua, menemukan tiga sapi peliharaan warga setempat terindefikasi mengidap serangan penyakit brucellosis.
"Hasil 'surveiland' tim kesehatan hewan dinas peternakan serta diperkuat dengan hasil uji laboratorium Balai Besar Veteriner Maros Sulsel, tiga sapi peternak lokal positif terkena bakteri bruchellosis," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan, Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Biak Numfor Rahmatullah di Biak, Jumat.
Ia menyebutkan penyakit brucellosis merupakan penyakit ternak yang menjadi problem nasional kesehatan masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak.
Penyakit sapi itu, katanya, disebabkan mikroorganisme yang termasuk dalam genus brucella, dengan infeksi yang tersifat pada hewan maupun manusia.
Ia menjelaskan di Indonesia kecenderungan meningkatnya populasi dan lebih seringnya mutasi sapi perah menjadi penyebab utama meningkatnya kasus brucellosis.
"Penyakit brusellosis pada ternak sapi masuk kategori penyakit menular yang harus dicegah dan diberantas, ya caranya sapi bersangkutan harus dimusnahkan," kata Rahmatullah.
Rahmatullah mengakui penyakit brucellosis, atau yang dikenal dengan penyakit keluron pada sapi disebabkan brucella abortus.
Ia mengatakan cara penularan yang paling banyak adalah melalui air atau pakan yang tercemar oleh selaput janin atau cairan yang keluar dari rahim hewan penderita infeksi.
Penularan bakteri brucellosis itu melalui jilatan dari sapi-sapi tersebut, kemudian bakteri brucellosis dapat memasuki tubuh melalui selaput lendir konjungtiva atau melalui gesekan kulit yang sehat.
"Untuk terjadinya infeksi melalui konjungtiva diperlukan kurang lebih 1,5 juta bakteri brucella," ujarnya.
Rahmatullah menyebutkan penyakit brocellosis bagi ternak sapi dan manusia dapat menyebabkan kemandulan dan keguguran saat usia kehamilan mencapai lima bulan sehingga bakteri ternak sapi ini harus diwaspadai.
"Surveiland" kesehatan hewan dilakukan pada Apil 2014 dengan sampel 150 ekor sapi dan akan dilanjutkan pada Oktober 2014 dengan sampel 100 sapi, bekerja sama dengan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak serta Dinas Peternakan Provinsi Papua. (ant/mar)
"Hasil 'surveiland' tim kesehatan hewan dinas peternakan serta diperkuat dengan hasil uji laboratorium Balai Besar Veteriner Maros Sulsel, tiga sapi peternak lokal positif terkena bakteri bruchellosis," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan, Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Biak Numfor Rahmatullah di Biak, Jumat.
Ia menyebutkan penyakit brucellosis merupakan penyakit ternak yang menjadi problem nasional kesehatan masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak.
Penyakit sapi itu, katanya, disebabkan mikroorganisme yang termasuk dalam genus brucella, dengan infeksi yang tersifat pada hewan maupun manusia.
Ia menjelaskan di Indonesia kecenderungan meningkatnya populasi dan lebih seringnya mutasi sapi perah menjadi penyebab utama meningkatnya kasus brucellosis.
"Penyakit brusellosis pada ternak sapi masuk kategori penyakit menular yang harus dicegah dan diberantas, ya caranya sapi bersangkutan harus dimusnahkan," kata Rahmatullah.
Rahmatullah mengakui penyakit brucellosis, atau yang dikenal dengan penyakit keluron pada sapi disebabkan brucella abortus.
Ia mengatakan cara penularan yang paling banyak adalah melalui air atau pakan yang tercemar oleh selaput janin atau cairan yang keluar dari rahim hewan penderita infeksi.
Penularan bakteri brucellosis itu melalui jilatan dari sapi-sapi tersebut, kemudian bakteri brucellosis dapat memasuki tubuh melalui selaput lendir konjungtiva atau melalui gesekan kulit yang sehat.
"Untuk terjadinya infeksi melalui konjungtiva diperlukan kurang lebih 1,5 juta bakteri brucella," ujarnya.
Rahmatullah menyebutkan penyakit brocellosis bagi ternak sapi dan manusia dapat menyebabkan kemandulan dan keguguran saat usia kehamilan mencapai lima bulan sehingga bakteri ternak sapi ini harus diwaspadai.
"Surveiland" kesehatan hewan dilakukan pada Apil 2014 dengan sampel 150 ekor sapi dan akan dilanjutkan pada Oktober 2014 dengan sampel 100 sapi, bekerja sama dengan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak serta Dinas Peternakan Provinsi Papua. (ant/mar)
Post a Comment