Header Ads

Jejak Peradaban Pallava-Parthian dan Aksara Mandailaing-Batak

Tulisan Pallawa di Situs Bongal, Tapanuli Tengah (sumber gambar)

Hubungan sejarah antara India Selatan dan Persia Kuno kembali mencuat ke permukaan seiring berkembangnya penelitian mengenai asal usul peradaban Pallava (Pallawa). Selama ini, Pallava dikenal sebagai salah satu dinasti besar di India Selatan yang meninggalkan warisan budaya, arsitektur, dan tulisan yang berpengaruh hingga ke Asia Tenggara, termasuk Nusantara. Namun, teori tentang akar Persia atau Parthian dari dinasti ini mulai banyak diperbincangkan kembali.

Penelusuran para sejarawan menyebutkan bahwa kata Pallava memiliki kemiripan fonetik dengan Pahlava, sebutan bagi bangsa Parthian di Persia Kuno. Hubungan nama ini diduga bukan kebetulan semata. Beberapa sumber klasik mencatat adanya kelompok nomaden dari Parthia yang bergerak ke arah timur, melewati wilayah India Utara, sebelum akhirnya menetap di kawasan Tamil Nadu.

Venkayya, seorang arkeolog India terkemuka pada awal abad ke-20, pernah menegaskan bahwa para leluhur Pallava kemungkinan besar berasal dari Persia. Menurutnya, para migran ini, setelah bertahun-tahun melakukan perpindahan, menetap di Kanchipuram dan membangun kerajaan yang kelak dikenal sebagai Pallava. Sementara itu, istilah Pārasīka yang digunakan para penyair India Kuno untuk menyebut bangsa Persia turut memperkuat dugaan ini.

Bukti visual juga ditemukan pada lambang mahkota Pallava awal yang menyerupai kepala gajah, serupa dengan simbol yang pernah dipakai oleh para raja Bactrian di kawasan Asia Tengah dan Persia pada abad ke-2 SM. Koin-koin kuno milik Raja Demetrius dari Bactria memperlihatkan motif serupa, memberi isyarat akan adanya kesinambungan budaya antara dua peradaban ini.

Lebih jauh lagi, para filolog pun sepakat mengaitkan istilah Pahlava, Parthava, Parthian, dan Pallava dalam satu rumpun etimologis. Menurut catatan sejarah, wilayah kekuasaan Indo-Parthian sempat meliputi Kandahar, Seistan, hingga Punjab Barat dan Lembah Indus pada masa pemerintahan Gondophares sekitar abad pertama Masehi.

Di kawasan India Selatan, dinasti Pallava muncul sebagai kekuatan besar dan dikenal banyak menjalin hubungan dagang dengan berbagai kerajaan Asia Tenggara, termasuk Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Diduga, pengaruh budaya dan sistem tulisannya pun terbawa hingga ke kepulauan Indonesia, termasuk di Sumatra.

Salah satu hipotesis menarik yang kini mulai dikaji adalah kemungkinan adanya jejak Persia melalui peradaban Pallava yang kemudian memengaruhi perkembangan aksara di Nusantara. Aksara Batak (dimulai dari Mandailing), misalnya, yang selama ini dikenal sebagai sistem tulisan kuno masyarakat Sumatra Utara, diyakini memiliki sejumlah kesamaan bentuk dengan aksara-aksara India Selatan, termasuk Pallava.

Sejumlah ahli epigrafi Nusantara mencatat bahwa bentuk-bentuk dasar huruf Batak memiliki kemiripan dengan huruf Pallava awal, yang kemudian juga melahirkan aksara Kawi di Jawa. Melalui jalur perdagangan dan pelayaran, budaya tulis Pallava diyakini masuk ke Sumatra melalui perantara kerajaan-kerajaan pesisir barat Sumatra, yang saat itu menjadi jalur utama pelayaran India-Nusantara.

Apabila ditelusuri lebih jauh, pengaruh Parthian terhadap Pallava dan selanjutnya ke Nusantara bukan sesuatu yang mustahil. Terlebih, kawasan pesisir barat Sumatra memang telah lama dikenal sebagai persinggahan penting para pedagang India, Persia, dan Arab sebelum mereka melanjutkan pelayaran ke Cina dan Asia Tenggara bagian timur.

Fakta lain yang memperkuat dugaan ini adalah keberadaan sejumlah istilah dalam bahasa Batak kuno yang diduga memiliki akar kata Persia atau India kuno. Meskipun belum banyak diteliti secara sistematis, temuan ini menunjukkan adanya kemungkinan interaksi budaya yang intens pada masa lampau.

Di sisi lain, sejarah mencatat bahwa kerajaan-kerajaan di Sumatra seperti Pagaruyung, Barus, dan Sriwijaya memiliki hubungan erat dengan India Selatan. Beberapa prasasti yang ditemukan di Sumatra menunjukkan penggunaan aksara yang memiliki unsur-unsur mirip Pallava, yang lazim digunakan oleh para raja India Selatan.

Jika hipotesis ini terbukti, maka asal-usul aksara Batak bisa jadi memiliki jejak panjang yang bermula dari Persia Kuno, melintasi India Selatan melalui Pallava, hingga akhirnya menetap di Sumatra. Sebuah jalur budaya yang membentang ribuan kilometer dan berlangsung selama berabad-abad.

Upaya untuk melacak kesinambungan ini masih terus dilakukan oleh para arkeolog dan filolog. Dengan menggabungkan data epigrafi, arkeologi, dan linguistik, diharapkan akan ditemukan hubungan yang lebih konkret antara aksara-aksara kuno Nusantara dengan sistem tulisan dari India Selatan dan Persia.

Selain sebagai penelitian akademis, temuan ini berpotensi membuka babak baru dalam penulisan sejarah Nusantara. Terutama dalam memahami jaringan interaksi budaya, politik, dan perdagangan antara Sumatra dan peradaban besar dunia kuno, termasuk Persia dan India.

Ke depan, para sejarawan diharapkan dapat menggali lebih dalam pengaruh Persia terhadap kebudayaan di Nusantara, termasuk dalam seni rupa, sistem pemerintahan, dan tradisi spiritual. Sejarah panjang migrasi dan interaksi budaya ini bisa menjadi modal besar dalam membangun kembali identitas sejarah kawasan Asia Tenggara.

Dengan demikian, kisah tentang hubungan peradaban Pallava dan Parthian bukan sekadar catatan masa lalu, tetapi juga bagian penting dalam mozaik peradaban Nusantara. Sebuah jejak budaya yang mungkin selama ini tersembunyi, namun siap untuk diungkap kembali.

Powered by Blogger.