Iran Bongkar Jaringan Mossad dari Kalangan Bahai
Pihak keamanan Iran kembali mengungkap aktivitas intelijen Israel yang menyusup lewat jaringan minoritas di dalam negeri. Kali ini, sejumlah orang dari kalangan penganut Bahai ditangkap atas tuduhan bekerja untuk Mossad, badan intelijen Israel, dan diduga terlibat dalam serangkaian ledakan yang mengguncang beberapa kota Iran. Pengamat Iran Amir Mousavi membenarkan kabar ini lewat wawancaranya di kanal televisi Mayadeen.
Menurut laporan resmi, operasi penangkapan itu dilakukan di beberapa daerah terhadap kelompok yang disebut “inti jaringan mata-mata Bahai.” Mereka diduga berhubungan langsung dengan pusat Zionis di wilayah pendudukan Palestina, merujuk pada Universal House of Justice yang bermarkas di Haifa, Israel. Kelompok ini disebut-sebut terlibat dalam aksi sabotase yang bersamaan waktunya dengan operasi militer Israel terhadap kepentingan Iran.
Motif keterlibatan oknum dari komunitas Bahai dalam aktivitas intelijen asing lebih disebabkan oleh keberhasilan Mossad dalam memanipulasi dan mengeksploitasi komunitas minoritas di Iran, termasuk oknum pengungsi Afghanistan. Melalui tekanan psikologis, tawaran finansial, dan relasi historis dengan Israel sebagai lokasi pusat keagamaan mereka, Mossad mampu membangun sel-sel rahasia di berbagai wilayah Iran.
Fenomena ini bukan hal baru. Pada 2023 lalu, aparat keamanan Iran juga berhasil membongkar jaringan serupa yang didalangi Mossad dari kalangan minoritas Bahai. Saat itu, para tersangka terbukti menyusup ke fasilitas-fasilitas strategis untuk memata-matai aktivitas industri dan militer Iran, sekaligus menyebarkan pesan-pesan destabilisasi di masyarakat.
Kasus ini kerap dibandingkan dengan situasi komunitas Druze di Israel. Meski secara kultural berasal dari kawasan Jabal Druze di Suriah, sebagian besar warga Druze di Israel terlibat aktif di militer dan keamanan Zionis, termasuk genosida di Gaza, Palestina. Kondisi tersebut kerap memicu ketegangan dengan komunitas Druze di Lebanon dan Suriah yang menentang keras keberpihakan mereka kepada Israel.
Menurut Amir Mousavi, Mossad telah lama menargetkan kelompok minoritas di Iran sebagai instrumen operasi intelijen. Selain komunitas Bahai, beberapa minoritas etnis dan agama di kawasan perbatasan Iran juga menjadi sasaran perekrutan untuk menjalankan agenda asing yang bertentangan dengan kepentingan nasional Iran.
Jaringan yang terbongkar di beberapa tempat termasuk Gilan ini diduga bukan hanya menjalankan aksi mata-mata, tetapi juga menyebarkan ajaran dan ideologi yang didesain untuk melemahkan loyalitas warga terhadap negara. Modus tersebut kerap digunakan Mossad untuk menanamkan agen pengaruh di lapisan masyarakat sipil dan kalangan anak muda.
Sejumlah laporan intelijen menyebutkan bahwa Mossad kerap menawarkan fasilitas luar negeri, suaka politik, hingga dukungan keuangan bagi oknum minoritas yang bersedia bekerja sama. Jaringan komunikasi yang memanfaatkan situs keagamaan di luar negeri menjadi saluran utama operasi ini.
Pihak keamanan Iran memastikan operasi semacam ini akan terus dipantau ketat. Mereka menegaskan bahwa setiap bentuk kerja sama dengan badan intelijen asing yang bertujuan melemahkan kedaulatan negara tidak akan ditoleransi, apapun latar belakang pelakunya.
Penangkapan ini juga menjadi bukti bahwa perang intelijen antara Iran dan Israel bukan sekadar di medan tempur, tapi juga berlangsung senyap melalui infiltrasi komunitas minoritas. Hal ini menambah daftar panjang kasus-kasus spionase yang berhasil digagalkan Iran dalam beberapa tahun terakhir.
Amir Mousavi menegaskan bahwa Mossad tak segan memanfaatkan situasi sosial dan ketegangan internal di Iran untuk merekrut agen-agen baru. Kelompok minoritas yang merasa memiliki kedekatan dengan jaringan luar negeri menjadi sasaran empuk dalam operasi semacam ini.
Pemerintah Iran menyerukan masyarakat untuk waspada terhadap upaya infiltrasi yang menggunakan kedok kegiatan sosial dan keagamaan. Selain itu, pengawasan terhadap aktivitas kelompok yang memiliki afiliasi luar negeri juga diperketat untuk mencegah kebocoran informasi strategis.
Otoritas keamanan juga memfokuskan pada upaya dekomposisi jaringan lama yang masih tertinggal di berbagai provinsi. Investigasi terhadap hubungan finansial dan komunikasi para tersangka dengan pusat operasi Mossad di luar negeri tengah berlangsung.
Kasus ini membuka mata publik Iran bahwa ancaman terhadap stabilitas nasional tidak hanya berasal dari luar, tapi juga dari dalam, melalui individu-individu yang berhasil dimanipulasi oleh pihak asing untuk menjalankan operasi yang merugikan negara.
Kejadian ini turut mendorong pemerintah untuk meningkatkan kampanye loyalitas kebangsaan dan memperkuat nilai-nilai solidaritas antarwarga, tanpa memandang latar belakang agama atau etnis. Tujuannya adalah menutup celah bagi operasi intelijen asing di masa depan.
Amir Mousavi mengingatkan bahwa perang intelijen di kawasan Timur Tengah semakin terbuka. Mossad dinilai akan terus berusaha merekrut jaringan baru, baik dari minoritas maupun kalangan oposan, untuk melemahkan posisi Iran di kawasan. Pihak keamanan Iran pun berjanji tidak akan lengah menghadapi skenario semacam ini.
Dibuat oleh AI
Post a Comment