Header Ads

Dua Monumen Baru di Sumut, Simbol Sejarah dan Relasi Pusat


Di Sumatera Utara, dua monumen baru resmi berdiri, masing-masing menyimpan makna historis dan sosial yang dalam bagi masyarakat setempat. Monumen Raja Sang Naualuh Damanik di Pematangsiantar dan Patung Jokowi di kawasan Liang Melas Datas, Kabupaten Karo, menjadi bukti betapa warga Sumatera Utara pandai merawat warisan leluhur sekaligus cermat menjalin hubungan dengan pemerintah pusat.

Monumen Raja Sang Naualuh Damanik yang diresmikan pada Sabtu, 26 April 2025, bukan sekadar tugu batu biasa. Ia adalah simbol penghormatan terhadap Raja Islam dari Pematangsiantar yang terkenal melawan kolonialisme Belanda demi mempertahankan kedaulatan negeri dan keyakinannya. Pemerintah Kota Pematangsiantar bersama ahli waris keluarga Damanik pun turut menunjukkan komitmennya dengan melakukan ziarah ke makam Sang Naualuh di Bengkalis.

Di sisi lain, masyarakat Karo menunjukkan cara tersendiri dalam membangun relasi dengan pemerintah pusat. Mereka mendirikan Patung Jokowi di tengah areal pertanian Liang Melas Datas sebagai bentuk penghargaan atas pembangunan jalan sepanjang 37 kilometer di wilayah terisolir itu. Proyek yang terealisasi pada 2022 tersebut memutus keterpencilan enam desa dan tiga dusun di lereng gunung.

Pemberian nama “Juma Jokowi” untuk kawasan pertanian di sana menjadi simbol abadi hubungan hangat antara rakyat Karo dengan Presiden Joko Widodo. Masyarakat setempat sepakat, bahwa perhatian langsung Jokowi (Siregar) terhadap daerah-daerah pelosok Sumatera Utara layak dikenang dan diwariskan pada generasi berikutnya melalui sebuah monumen.

Monumen bagi warga Sumatera Utara bukan hanya soal arsitektur atau tugu permanen, tetapi sebagai perwujudan nilai-nilai sejarah dan politik yang hidup. Di Pematangsiantar, Raja Sang Naualuh dikenal sebagai pejuang yang berani melawan dominasi kolonial Belanda di awal abad ke-20. Perjuangannya yang berujung gugur di pengasingan tak pernah lekang dari ingatan warga Siantar.

Selama ini, sejarah perlawanan Sang Naualuh kerap hanya tercatat dalam buku atau cerita lisan, namun kini hadir nyata di pusat kota. Monumen tersebut menjadi pengingat generasi muda akan asal usul mereka, sekaligus media edukasi bagi wisatawan yang berkunjung ke Pematangsiantar.

Hal serupa juga tampak di kawasan Liang Melas Datas. Dulu, daerah ini nyaris tak tersentuh pembangunan karena keterpencilan geografisnya. Kini, dengan adanya Patung Jokowi dan jalan penghubung yang layak, kawasan itu tak hanya terhubung secara fisik tapi juga secara sosial dan ekonomi dengan dunia luar.

Secara politis, kehadiran kedua monumen ini menunjukkan kecerdikan masyarakat Sumatera Utara dalam menjaga relasi dengan Jakarta. Monumen Jokowi menjadi ungkapan terima kasih rakyat Karo, sekaligus pesan tersirat bahwa warga Sumatera tahu bagaimana mengapresiasi pemimpin nasional yang berpihak pada daerah.

Sementara itu, monumen Raja Sang Naualuh merupakan pernyataan tegas bahwa sejarah lokal harus mendapat tempat yang layak di tengah arus narasi nasional. Ia menjadi bentuk perlawanan terhadap lupa, sekaligus penghormatan terhadap tokoh Islam yang turut berkontribusi bagi kemerdekaan Republik Indonesia.

Lebih dari sekadar simbol, monumen Sang Naualuh dan Juma Jokowi juga diarahkan menjadi destinasi wisata sejarah baru di Sumatera Utara. Pemerintah daerah melihat potensi ekonomi dan budaya yang bisa tumbuh melalui wisata sejarah yang digerakkan oleh warga lokal.

Kehadiran wisata sejarah ini diyakini mampu mendongkrak perekonomian warga sekitar, seperti pengelolaan area ziarah makam Raja Sang Naualuh hingga wisata perkebunan dan agrowisata di sekitar kawasan Juma Jokowi. Inilah cara cerdas daerah mengangkat derajatnya melalui pemanfaatan warisan dan penghargaan terhadap sosok nasional.

Monumen juga menjadi media pendidikan nilai-nilai kebangsaan. Di Siantar, generasi muda dapat mengenal Sang Naualuh sebagai simbol keberanian dan keteguhan mempertahankan martabat kampung halaman. Di Liang Melas Datas, pemuda-pemudi diajak memahami arti pentingnya pemimpin yang peduli terhadap pelosok dan rakyat kecil.

Secara sosiologis, monumen ini menghidupkan kembali tradisi penghormatan terhadap tokoh berjasa. Baik Raja Sang Naualuh maupun Presiden Jokowi dijadikan patron moral yang patut diteladani karena keberanian, keteguhan, dan kepedulian terhadap masyarakat kecil.

Pemerintah Kota Pematangsiantar menyatakan bahwa monumen Sang Naualuh akan menjadi pusat kegiatan budaya tahunan, mulai dari ziarah hingga festival budaya Siantar yang menghadirkan seni dan adat Simalungun Siantar. Hal ini sekaligus mendorong pelestarian tradisi lokal di tengah modernisasi.

Di Karo, kawasan Juma Jokowi telah mulai dikembangkan sebagai lokasi wisata berbasis pertanian modern, perkebunan, dan wisata alam. Pemerintah Kabupaten Karo pun mendorong infrastruktur penunjang agar kawasan tersebut makin ramai dikunjungi wisatawan.

Monumen memiliki kekuatan sebagai simbol kolektif sebuah komunitas. Ia menyatukan warga dalam kebanggaan yang sama dan menghidupkan identitas daerah. Di Sumatera Utara, identitas itu adalah keberanian, keteguhan adat, sekaligus kecerdasan menjalin relasi dengan pusat kekuasaan.

Kehadiran dua monumen ini mempertegas bahwa daerah-daerah di Sumatera Utara tidak ingin sekadar menjadi penonton dalam sejarah bangsa. Mereka ingin dikenang sebagai pihak yang ikut mengisi, menjaga, dan menyusun narasi bangsa dari pinggiran.

Monumen Jokowi dan Sang Naualuh membuktikan bahwa sejarah dan politik lokal tetap relevan di era modern. Ia menjadi alat diplomasi budaya sekaligus sarana warga menyatakan eksistensi dan kontribusinya bagi Indonesia yang lebih inklusif.

Dengan berdirinya kedua monumen ini, Sumatera Utara mengajarkan satu hal penting: daerah tidak hanya hidup dari ingatan masa lalu, tapi juga dari kepiawaian menempatkan dirinya dalam peta kekuasaan dan kebangsaan masa kini.

Dan di masa depan, bukan tidak mungkin tradisi penghargaan terhadap pemimpin dan pejuang daerah di Sumatera Utara ini menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia. Sebab monumen bukan sekadar batu dan patung, tapi juga jiwa yang bicara tentang siapa kita, dari mana asal kita, dan kemana kita ingin menuju.

Dibuat oleh AI
Powered by Blogger.