Jejak Mesir Kuno di Sumatera yang Terlupakan
Sejarah peradaban Nusantara menyimpan banyak kisah yang belum sepenuhnya diungkap. Salah satu narasi yang mulai menarik perhatian adalah dugaan hubungan kuno antara Mesir dan Sumatera. Meski tidak tercatat dalam sejarah umum versi barat atau buku pelajaran nasional, sejumlah komunitas di Sumatera Utara meyakini bahwa leluhur mereka memiliki keterkaitan dengan Mesir Kuno. Kepercayaan ini diwariskan dari mulut ke mulut, melalui mitos, nama-nama tempat, dan peninggalan arkeologi yang belum banyak diteliti secara serius.
Barus di Tapanuli Tengah, yang dikenal sebagai salah satu bandar tertua di Nusantara, menjadi kunci utama dalam teori ini. Sejak ribuan tahun lalu, Barus telah menjadi pusat perdagangan kapur Barus, rempah-rempah, dan emas yang sangat dibutuhkan di Mesir kuno. Kapur Barus, yang digunakan dalam proses mumifikasi, konon diekspor dari Barus ke Mesir lewat jalur laut kuno yang membentang hingga ke Laut Merah.
Legenda yang beredar di masyarakat Batak maupun Melayu di Sumatera Utara bahkan menyebutkan bahwa ada leluhur yang berasal dari arah barat jauh, yang datang membawa ilmu pengetahuan dan peradaban. Salah satu versi menyebut istilah Tano Mosir, yang diyakini sebagian berarti “Tanah Mesir”. Dari istilah inilah, menurut kepercayaan lokal, nama Samosir di Danau Toba berasal. Meski versi lain menyebut nama itu dari bahasa Simalungun, versi Mesir tetap hidup di sebagian kalangan Batak Toba.
Masyarakat Minangkabau dan Kampar di Riau juga menyimpan kisah serupa. Dalam mitos mereka, Mesir pernah mengirimkan utusan dagang ke Gunung Ophir — sebuah gunung yang dalam tradisi lokal disebut sebagai gunung emas. Gunung Ophir dipercaya oleh sebagian sejarawan sebagai lokasi yang pernah dicari-cari oleh peradaban Mesir dan sekitarnya karena kekayaan emasnya. Tidak hanya Kampar, Barus pun disebut sebagai salah satu titik penting dalam jaringan perdagangan kuno ini.
Jejak Mesir di Sumatera tidak hanya berhenti pada masa kuno. Pada era Islam, saat Dinasti Fatimiyah dan Ayubiyah berkuasa di Mesir, hubungan perdagangan dan dakwah terus terjalin dengan pelabuhan-pelabuhan di Sumatera, terutama di wilayah Aceh. Kapal-kapal Mesir pernah singgah di perairan Aceh, bahkan meninggalkan jejak yang masih bisa dilacak hingga hari ini.
Bukti kuat yang sempat menghebohkan kalangan arkeolog adalah temuan bangkai kapal kuno di perairan Cirebon, Jawa Barat. Kapal tersebut diperkirakan berasal dari era Dinasti Fatimiyah yang berkuasa di Mesir pada abad ke-10 hingga 12 Masehi. Kapal itu diyakini bagian dari armada dagang yang singgah ke pelabuhan-pelabuhan di Sumatera sebelum meneruskan pelayaran ke Asia Timur.
Pengaruh Mesir juga diduga terkait dengan berdirinya Kesultanan Samudera Pasai, kerajaan Islam pertama di Nusantara. Sejumlah catatan menyebut para saudagar dan ulama dari Mesir turut memberi sumbangsih dalam penyebaran Islam di Aceh dan Sumatera Utara. Bahkan beberapa naskah kuno Aceh mengabadikan kedatangan para ulama Mesir ke tanah rencong.
Lebih jauh lagi, penggalian arkeologi di situs Bongal, Tapanuli Tengah, menemukan koin dan keramik dari era Dinasti Umayyah, dinasti Islam awal yang berpusat di Damaskus dan memiliki koneksi erat dengan Mesir. Temuan ini memperkuat teori bahwa jalur perdagangan dan penyebaran budaya Islam dari Timur Tengah ke Sumatera sudah terbentuk sejak abad ke-7 Masehi.
Menariknya, di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Lampung, terdapat nama-nama daerah seperti Mesir Ilir. Meski tidak ada bukti tertulis yang menghubungkan langsung dengan Mesir Kuno, keberadaan nama ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh kebudayaan Mesir dalam imajinasi kolektif masyarakat Sumatera sejak dahulu.
Pada abad ke-16, saat Dinasti Ottoman atau Kesultanan Utsmaniyah berkuasa di Turki dan wilayah Mesir, pengaruh Mesir kembali hadir di Sumatera. Armada angkatan laut Ottoman yang membantu Kesultanan Aceh dalam melawan penjajahan Portugis juga terdiri dari pelaut-pelaut asal Mesir dan Yaman. Hal ini dicatat dalam sejumlah sumber Turki Utsmani dan hikayat Aceh.
Jejak perdagangan Mesir di Asia Tenggara juga tampak dalam catatan sejarah India Selatan. Dinasti Chola yang menguasai India Selatan antara abad ke-9 hingga 11 Masehi, tercatat menjalin hubungan dagang dengan Mesir. Barang-barang seperti tembaga dan timah dari Mesir ditukar dengan kapur Barus dan kayu cendana dari Nusantara yang diduga kuat berasal dari Barus dan sekitarnya.
Dengan demikian, Sumatera tidak hanya menjadi simpul penting dalam jalur perdagangan rempah-rempah dunia, tetapi juga menjadi persinggahan para pedagang dan pelaut dari Mesir, baik pada masa kuno maupun era Islam. Sebagian barang dagangan dari Mesir bahkan diduga diteruskan hingga ke Amerika Selatan lewat jaringan perdagangan samudera kuno.
Teori ini diperkuat oleh sejumlah peneliti independen yang menyebut kemungkinan adanya koneksi antara Sumatera, Mesir, dan peradaban Amerika Selatan. Hal ini dilihat dari kemiripan motif hiasan, teknik pemakaman, hingga teknologi perkapalan yang berkembang di kawasan tersebut di masa lalu.
Bagi masyarakat Batak, Minangkabau, Kampar, dan Aceh, kisah tentang Mesir bukan sekadar legenda, melainkan bagian dari identitas budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Mitos tentang leluhur dari negeri barat jauh ini masih sering diceritakan di pesta adat, hikayat rakyat, hingga dalam lirik lagu tradisional.
Sejarah resmi memang belum mencatat kisah ini secara komprehensif. Namun jejak-jejak kecil yang masih bisa ditemukan di sepanjang pesisir barat Sumatera dan daerah pedalaman menunjukkan bahwa ada kisah besar yang belum sepenuhnya diungkap. Sumatera tampaknya bukan sekadar pulau di pinggir jalur sutra maritim, tetapi pernah menjadi panggung penting dalam sejarah peradaban dunia kuno.
Kini, para peneliti dan sejarawan lokal mulai menggali kembali kemungkinan hubungan kuno ini. Penggalian arkeologi, penelusuran naskah lama, hingga penelitian DNA masyarakat pesisir Sumatera menjadi langkah-langkah awal untuk membuktikan bahwa kisah tentang Mesir dan Sumatera bukan sekadar legenda rakyat. Bila benar terbukti, sejarah Nusantara mungkin harus ditulis ulang.
https://www.facebook.com/share/p/12KDCCFrBVJ/
https://www.facebook.com/share/p/16GVKjRxQG/
Post a Comment