Header Ads

Apakah Ekspedisi Majapahit Fiktif?


Info berikut merupakan lanjutan tanggapan dari komen di:

https://www.facebook.com/share/p/1F2SxpwGUs/

Mengapa Banyak Netizen Batak Yakin Majapahit Itu Bukan Fiktif

Sebagian kalangan akademisi dan masyarakat awam kerap memperdebatkan keberadaan Kerajaan Majapahit sebagai entitas historis yang benar-benar pernah berkuasa di Nusantara. Ada yang menyebutnya sekadar mitos atau fiksi politik, namun tidak demikian halnya dengan sebagian besar netizen Batak di berbagai media. sosial. Di sekitar wilayah Tanah Batak, berbagai cerita rakyat, situs lokal, dan silsilah marga menunjukkan keterkaitan yang erat dengan peristiwa-peristiwa yang melibatkan Majapahit dan kerajaan-kerajaan pendahulunya seperti Singhasari dan ekspedisi Pamalayu.

Di Tanah Batak, nama Majapahit tidak sekadar dikenal melalui buku sejarah sekolah, melainkan hidup dalam tradisi lisan dan narasi marga. Salah satu legenda lokal menyebutkan adanya sosok Boru Sibasopaet yang diyakini sebagai Putri Majapahit dan menikah dengan Tuan Sorbadibanua, pendiri pemukiman Baligeraja. Kata “paet” dalam bahasa Batak berarti pahit, yang secara fonetik mendekati “pahit” pada Majapahit. Kisah ini menyiratkan jejak historis yang berbaur dengan legenda, namun tetap dipegang kuat oleh masyarakat setempat.

Baligeraja sendiri bukanlah nama fiktif, melainkan salah satu bius atau federasi kampung di Tanah Batak yang memiliki posisi penting secara adat dan historis. Dalam kisah turun-temurun, Baligeraja bahkan disebut pernah menjadi wilayah yang bersentuhan langsung dengan kekuatan Majapahit, baik secara diplomasi maupun konflik.

Salah satu titik sejarah penting adalah keberadaan Kerajaan Aru Barumun yang berkuasa pada abad ke-14 di wilayah pantai timur Sumatera. Saat kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Firman Al Karim yang disebut dalam beberapa versi sejarah lokal pernah berhadapan langsung dengan ekspansi Majapahit. Pasukan Aru Barumun, yang dikenal memiliki kekuatan maritim, bahkan beberapa kali berhasil menggagalkan ekspedisi laut Majapahit yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Hang Tuah dan Hang Lekir.

Meskipun dalam sumber-sumber Jawa Kerajaan Aru disebut pernah tunduk kepada Majapahit, narasi lokal di Tanah Batak justru menyiratkan perlawanan yang kuat terhadap dominasi dari timur. Panglima Sijagat Kembaren, seorang tokoh adat dari Karo, bahkan memimpin perlawanan dengan taktik gerilya menggunakan jebakan rotan berduri dan racun ipuh. Strategi ini dilaporkan memukul mundur pasukan Majapahit, hingga harus mundur ke laut.

Perlawanan ini bukan sekadar kisah heroik, namun juga menjadi bagian dari ingatan kolektif yang memperkuat persepsi orang Batak akan kehadiran nyata pasukan Majapahit di tanah mereka. Mereka menyimpan kisah itu dalam lisan dan budaya, diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bukti bahwa sejarah besar Nusantara tidak hanya terjadi di Jawa.

Nama besar Adityawarman juga tak lepas dari narasi sejarah Batak. Sebagai penguasa yang disebut berasal dari Sumatera Barat dan dikenal sebagai tokoh penting dalam penyebaran pengaruh Majapahit di wilayah barat, ia disebut pernah memimpin penaklukan hingga ke Toba dan Tapak Tuan. Dari situ, ekspansi diteruskan ke berbagai wilayah lain di Sumatera hingga ke Semenanjung Melayu dan Kalimantan.

Menariknya, dalam tradisi Batak, ekspedisi Pamalayu yang oleh sejarah resmi dipimpin oleh Kebo Anabrang, disebutkan berbeda. Menurut narasi Simalungun, pemimpin pasukan ini adalah Indrawarman, seorang bangsawan dari Singhasari yang kemudian menetap di Sumatera setelah ekspedisi tersebut. Kisah ini tidak tercatat dalam naskah-naskah Jawa, tetapi hidup kuat dalam cerita rakyat Simalungun.

Indrawarman dikisahkan menetap di muara Sungai Asahan untuk menjaga wilayah ekspedisi Pamalayu, namun menolak tunduk pada Majapahit setelah berdirinya kerajaan itu oleh Raden Wijaya. Ia kemudian mengasingkan diri ke pedalaman dan mendirikan Kerajaan Silo, kisah ini berhubungan marag Siregar dan Sinaga.

Legenda tentang Jaka Dolog yang dikaitkan dengan Kertanegara, raja terakhir Singhasari, juga memiliki korelasi dengan cerita rakyat. Dalam versi lokal, tokoh ini diyakini pernah melintasi wilayah mereka, menjadi bagian dari sejarah yang secara tidak langsung menegaskan keterkaitan antara beberapa wilayah lokal di Sumatera Utara dengan sejarah kerajaan-kerajaan besar di Nusantara.

Melalui berbagai cerita rakyat, tradisi adat, dan silsilah marga, masyarakat Batak memiliki alasan kuat untuk meyakini bahwa Majapahit bukanlah fiksi. Meskipun versi-versi cerita ini berbeda dari narasi arus utama sejarah nasional, mereka tetap dipandang sebagai bagian sah dari warisan sejarah yang memperkaya perspektif tentang masa lampau Nusantara. Meski begitu, bisa saja ada sebagian kecil netizen Batak tak percaya argumen ini.

Fakta bahwa nama-nama tokoh dari Jawa kuno masuk dalam narasi lokal Batak menunjukkan adanya pertukaran budaya dan informasi yang cukup intens antara dua wilayah ini. Hal ini sulit dijelaskan jika Majapahit dianggap hanya sebagai fiksi atau konstruksi sejarah belaka.

Sebaliknya, bila Majapahit benar-benar pernah memiliki jaringan pengaruh hingga ke Sumatera Utara, maka masuk akal jika orang Batak menyimpan cerita-cerita tersebut secara kolektif. Memori historis ini, meski berbalut mitos, tetap memperkuat legitimasi bahwa sejarah mereka tidak terpisah dari kisah besar Nusantara.

Kerajaan-kerajaan seperti Aru, Barus, Mandailing dan Silo yang disebut dalam cerita rakyat maupun sumber-sumber asing, memperlihatkan bahwa wilayah Batak memiliki dinamika politik dan kultural yang tidak bisa dipandang sebagai wilayah terisolasi di masa lampau. Mereka adalah bagian dari peta geopolitik yang lebih luas, yang turut bersinggungan dengan kekuatan seperti Majapahit yang juga beririsan dmegan era Samudera Pasai.

Maka tak mengherankan jika hingga kini, masyarakat Batak sulit menerima anggapan bahwa Majapahit adalah mitos atau cerita yang dibesar-besarkan. Jika Majapahit itu fiktif, lalu siapa yang datang saat Ekspedisi Pamalayu?

https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/mtf3lix5tr/65c95cbe12d50f2d012ca3d7/boru-sibasopaet-akar-darah-majapahit-dalam-masyarakat-batak

https://youtu.be/1WxhA5Ojve8?si=2iOy_ETh6JMjBUOr

https://www.karogaul.com/2016/09/cara-orang-karo-mengalahkan-pasukan.html?m=1#google_vignette

https://bakaba.co/ketika-adityawarman-keok/
Powered by Blogger.